Wednesday, October 21, 2015

Akankah Perang Besar Terjadi Di Kawasan Laut Cina Selatan ?




Situasi di wilayah Laut Cina Selatan kian memanas menyusul adanya gelar armada tempur laut Cina dikawasan ini. 
Saat ini  Cina  telah menempatkan tiga kapal perang besar  di sekitar pulau karang James Shoal, milik Malaysia.Di antaranya Kapal perang Liaoning yang bertenaga Nuklir. kapal  super besar ini mengangkut belasan Jet Tempur canggih buatan Rusia, Sukhoi Su-33. Untuk mendukung invasi itu, armada tempur laut milik negara  Komunis itu juga telah disiagakan di Zhanjiang. Di kawasan ini terdapat Pangkalan Utama Angkatan laut (Lantamal) Cina , yakni Yulin Naval Base di Hainan Island, Guangzhou, Haikou, Shantou, Mawei, Beihai dan Stonecutters Island dan Hong Kong.

Untuk menghancurkan armada musuh bila perang benar-benar terjadi, Cina  juga telah mengerahkan lima kapal korvet yang memiliki kemampuan siluman dan mampu merusak radar kapal musuh. Tak cuma itu, saat ini di dalam Laut  Selatan juga telah berseliweran 8 kapal  Selam canggih yang dibeli Cina  dari Ukraina. 

Hal ini tentu saja membuat geram sejumlah negara  Asean. Cina  dianggap keterlaluan atas klaimnya tersebut, dan bisa memicu perang baru di kawasan Asia Tenggara.

Saling Tikam Berebut Laut Cina Selatan 
Sengketa wilayah Laut China Selatan dipandang sebagai salah satu konflik di Asia yang dapat berubah menjadi kekacauan tak terkendali.
Kawasan yang diyakini kaya minyak dan gas bumi itu telah diklaim beberapa negara diantaranya Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Tiongkok sendiri mengklaim sebanyak 90 persen Laut China Selatan merupakan wilayah mereka.

Ketegangan di Laut Cina Selatan kembali mencuat setelah pemerintah Cina mematok tanah dan membangun pulau-pulau buatan di Spratly. Pulau ini diklaim kedaulatannya oleh beberapa negara Asia, termasuk di antaranya Tiongkok, Malaysia, Vietnam dan Filipina. Tetapi Tiongkok dengan militernya yang kuat, telah jauh lebih agresif dalam menegaskan klaimnya.

Hal ini membuat AS yang mengaku sebagai penjaga perdamaian di kawasan Asia -pasifik geram. Dan beberapa waktu yang lalu, penerbangan yang dilakukan pesawat pengintai Amerika Serikat disekitar pulau Spratly membuat ketegangan di Laut China Selatan kembali meningkat.

Dengan kondisi siaga, militer China memerintahkan agar pesawat tersebut pergi meninggalkan Laut China Selatan. Namun, menurut Pentagon, pesawat jet itu terbang di atas perairan internasional dan menolak untuk pergi. Hal inilah yang memicu konflik di Laut Cina Selatan kembali memanas.

Indonesia Kirim Angkatan Udara

 
Menyusul kian menegangnya konflik Laut Cina Selatan kembali memanas. TNI Angkatan Udara Indonesia, mengatakan akan melakukan operasi udara di Pulau Natuna dekat wilayah Laut Cina Selatan. Operasi itu dilakukan untuk menjaga wilayah barat Indonesia yang kini dibawah Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) I.

Hal ini diungkapkan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) I Marsda TNI A. Dwi Putranto saat ditanya terkait semakin panasnya situasi di Laut Cina Selatan.

"Sementara ini merupakan kewenangan wilayah kami. Kita bakal gelar kekuatan tempur di Natuna maupun Aceh karena untuk menjaga wilayah serangan dari utara," kata A. Dwi Putranto usai silaturahmi dengan para awak di Makoopsau I, Jakarta, Senin (1/6).




Indonesia sejauh ini belum bersengketa langsung dengan RRC. Sebelum isu peta China dengan sembilan garis titik-titik menyinggung Natuna pada 2009, Vietnam dan Filipina lah yang sering perang urat saraf dengan Negeri Tirai Bambu.

Sumber : merdeka, riausky, kompasiana.


0 comments:

Post a Comment