Situasi di wilayah Laut Cina Selatan kian memanas menyusul adanya gelar armada tempur laut Cina dikawasan ini.
Saat ini Cina telah menempatkan tiga kapal perang besar di sekitar pulau karang James Shoal, milik Malaysia.Di
antaranya Kapal perang Liaoning yang bertenaga Nuklir. kapal super
besar ini mengangkut belasan Jet Tempur canggih buatan Rusia, Sukhoi
Su-33. Untuk mendukung invasi itu, armada tempur laut milik negara
Komunis itu juga telah disiagakan di Zhanjiang. Di kawasan ini terdapat
Pangkalan Utama Angkatan laut (Lantamal) Cina , yakni Yulin Naval Base
di Hainan Island, Guangzhou, Haikou, Shantou, Mawei, Beihai dan
Stonecutters Island dan Hong Kong.
Untuk
menghancurkan armada musuh bila perang benar-benar terjadi, Cina juga
telah mengerahkan lima kapal korvet yang memiliki kemampuan siluman dan
mampu merusak radar kapal musuh. Tak cuma itu, saat ini di dalam Laut
Selatan juga telah berseliweran 8 kapal Selam canggih yang dibeli Cina
dari Ukraina.
Hal ini tentu saja membuat geram sejumlah negara Asean.
Cina dianggap keterlaluan atas klaimnya tersebut, dan bisa
memicu perang baru di kawasan Asia Tenggara.
Saling Tikam Berebut Laut Cina Selatan
Sengketa wilayah Laut China Selatan dipandang sebagai salah satu konflik
di Asia yang dapat berubah menjadi kekacauan tak terkendali.
Kawasan yang diyakini kaya minyak dan gas bumi itu telah diklaim beberapa negara diantaranya
Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Tiongkok sendiri mengklaim sebanyak 90 persen Laut China Selatan merupakan
wilayah mereka.
Ketegangan di Laut Cina Selatan kembali
mencuat setelah pemerintah Cina mematok tanah dan membangun pulau-pulau
buatan di Spratly. Pulau ini diklaim kedaulatannya oleh beberapa negara
Asia, termasuk di antaranya Tiongkok, Malaysia, Vietnam dan Filipina.
Tetapi Tiongkok dengan militernya yang kuat, telah jauh lebih agresif
dalam menegaskan klaimnya.
Hal ini membuat AS yang mengaku sebagai
penjaga perdamaian di kawasan Asia -pasifik geram. Dan beberapa waktu
yang lalu, penerbangan yang dilakukan pesawat pengintai Amerika Serikat
disekitar pulau Spratly membuat ketegangan di Laut China Selatan kembali
meningkat.
Dengan kondisi siaga, militer China
memerintahkan agar pesawat tersebut pergi meninggalkan Laut China
Selatan. Namun, menurut Pentagon, pesawat jet itu terbang di atas
perairan internasional dan menolak untuk pergi. Hal inilah yang memicu
konflik di Laut Cina Selatan kembali memanas.
Indonesia Kirim Angkatan Udara
Menyusul kian menegangnya konflik Laut Cina Selatan kembali
memanas. TNI Angkatan Udara Indonesia, mengatakan akan
melakukan operasi udara di Pulau Natuna dekat wilayah Laut Cina Selatan.
Operasi itu dilakukan untuk menjaga wilayah barat Indonesia yang kini
dibawah Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) I.
Hal ini diungkapkan Panglima Komando
Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) I Marsda TNI A. Dwi Putranto saat
ditanya terkait semakin panasnya situasi di Laut Cina Selatan.
"Sementara ini merupakan kewenangan wilayah kami. Kita bakal gelar kekuatan tempur di Natuna maupun Aceh karena untuk menjaga wilayah serangan dari utara," kata A. Dwi Putranto usai silaturahmi dengan para awak di Makoopsau I, Jakarta, Senin (1/6).
"Sementara ini merupakan kewenangan wilayah kami. Kita bakal gelar kekuatan tempur di Natuna maupun Aceh karena untuk menjaga wilayah serangan dari utara," kata A. Dwi Putranto usai silaturahmi dengan para awak di Makoopsau I, Jakarta, Senin (1/6).
Indonesia sejauh ini belum bersengketa langsung dengan RRC. Sebelum isu
peta China dengan sembilan garis titik-titik menyinggung Natuna pada
2009, Vietnam dan Filipina lah yang sering perang urat saraf dengan
Negeri Tirai Bambu.
Sumber : merdeka, riausky, kompasiana.
0 comments:
Post a Comment